SOFTKILL ILMU BUDAYA DASAR

0 komentar
PERAN AGAMA DALAM MEMBANGUN BUDAYA LOKAL

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam di Indonesia disebut sebagai suatu entitas karena memiliki karakter yang khas yang membedakan Islam di daerah lain, karena perbedaan sejarah dan perbedaan latar belakang geografis dan latar belakang budaya yang dipijaknya. Selain itu, Islam yang datang ke sini juga memiliki strategi dan kesiapan tersendiri antara lain: Pertama, Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi, tradisi berseberangan apapun tidak dilawan tetapi mencoba diapresiai kemudian dijadikan sarana pengembangan Islam. Kedua, Islam datang tidak mengusik agama atau kepercayaan apapun, sehingga bisa hidup berdampingan dengan mereka. Ketiga, Islam datang mendinamisir tradisi yang sudah usang, sehingga Islam diterima sebagai tradisi dan diterima sebagai agama. Keempat, Islam menjadi agama yang mentradisi, sehingga orang tidak bisa meninggalkan Islam dalam kehidupan mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara Islam masuk ke Indonesia ?
2. Bagaimana hubungan agama Islam dengan budaya lokal ?
3. Apa fungsi agama terhadap perkembangan dan perubahan budaya ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. CARA ISLAM MASUK KE INDONESIA
Pada awalnya Islam masuk ke Indonesia dengan penuh kedamaian dan diterima dengan tangan terbuka, tanpa prasangka sedikitpun. Bersama agama Hindu dan Budha, Islam memperkenalkan civic culture atau budaya bernegara kepada masyarakat di negri ini. Para wali menyebarkan dan memperkenalkan Islam melalui pendekatan budaya, bukan dengan Al Quran di tangan kiri dan pedang di tangan kanan. Melalui alunan gamelan di depan masjid Demak, Sunan Kalijaga mengajar masyarakat kalimah syahadat. Seusai membaca syahadat, para mualaf dipersilahkan memasuki halaman masjid dan menikmati indahnya alunan gamelan. Di Madura, Pangeran Katandur memberi benih jagung dan mengajar masyarakat bertani sambil dilatih membaca kalimah syahadat. Dan ketika panen jagung tiba, masyarakat dibiarkannya merayakan panen dengan lomba lari sapi yang sekarang dikenal dengan karapan sapi.

B. HUBUNGAN ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL
Agama Islam membiarkan kearifan lokal dan produk-produk kebudayaan lokal yang produktif dan tidak mengotori aqidah untuk tetap eksis. Jika memang terjadi perbedaan yang mendasar, agama sebagai sebuah naratif yang lebih besar bisa secara pelan-pelan menyelinap masuk ke dalam “dunia lokal” yang unik tersebut. Mungkin untuk sementara akan terjadi proses sinkretik, tetapi gejala semacam itu sangat wajar, dan in the long run, seiring dengan perkembangan akal dan kecerdasan para pemeluk agama, gejala semacam itu akan hilang dengan sendirinya.
Islam tidak pernah membeda-bedakan budaya rendah dan budaya tinggi, budaya kraton dan budaya akar rumput yang dibedakan adalah tingkat ketakwaannya. Disamping perlu terus menerus memahami Al Quran dan Hadist secara benar, perlu kiranya umat Islam merintis cross cultural understanding(pemahaman lintas budaya) agar kita dapat lebih memahami budaya bangsa lain.
D. FUNGSI AGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN BUDAYA
Dalam konteks sosial, hubungan fungsional antara agama dan masyarakat sejauh menekankan aspek-aspek yang rasional dan humanis, atau sosial karitatif dalam masyarakat, dapat disebut sebagai suatu historical force yang turut menentukan perubahan dan perkembangan masyarakat.
Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bahwa agama mampu menjadi katalisator pencegah terjadinya disintegrasi dalam masyarakat. Dan lebih dari itu, dengan kekuatan yang dimilikinya, agama dapat diharapkan membangun spiritualitas yang memberi kekuatan dan pengarahan dalam memecahkan segala problem sosial, mengatasi rasa frustrasi sosial, penindasan dan kemiskinan. Sosiolog Peter L Berger (1991) mengemukakan hal yang sama, bahwa agama merupakan sistem simbolik yang memberikan makna dalam kehidupan manusia yang bisa memberikan penjelasan secara meyakinkan, serta paling komprehensif tentang realitas, tragedi sosial dan penderitaan atau rasa ketidakadilan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam masuk ke Indonesia dengan penuh kedamaian dan diterima dengan tangan terbuka, tanpa prasangka sedikitpun. Bersama agama Hindu dan Budha, Islam memperkenalkan civic culture atau budaya bernegara kepada masyarakat di negri ini. Para wali menyebarkan dan memperkenalkan Islam melalui pendekatan budaya.

DAFTAR PUSTAKA
  1. http://www.awankpoenya.co.cc/2008/11/era-informasi-dan-globalisasi-sebagai_13.htm di unduh tanggal 23 maret 2014
  2. http://pustaka.bkkbn.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109&Itemid=93 di unduh tanggal 23 maret 2014
  3. http://mambaulhikaminduk.blogspot.com/2012/03/peran-agama-dalam-perkembangan-budaya.html di unduh tanggal 23 maret 2014

 

MENUMBUHKAN BUDAYA LOKAL DALAM PERGURUAN TINGGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Nasionalisme dalam perspektif Indonesia menurut Al Hakim dkk (2012:184) yaitu memperhatikan kesejajaran antara massa rakyat dengan penguasa, tapi sekaligus di dalamnya melekatkan impian-impian (harapan dan aspirasi) massa rakyat yang harus diwujudkan. Melalui hal tersebut, maka semangat nasionalisme dapat dijadikan alat untuk mempersatukan rakyat Indonesia yang bersifat pluralistis.

1.2 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian semangat nasionalisme dan pluralistis atau keberagaman dalam masyarakat
2. Mengetahui penyebab melemahnya semangat nasionalisme dalam keberagaman masyarakat
3. Menumbuhkan kesadaran arti pentingnya semangat nasionalisme dalam keberagaman masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Semangat Nasionalisme Dan Pluralistis Atau Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia.
Nasionalisme lebih mengistimewakan hak kolektif yang didasarkan pada ras, kebudayaan, atau identitas bersama lainnya, nasionalisme juga sangat mengutamakan sesuatu yang tidak bergantung pada pilihan pribadi. Tumbuhnya paham nasionalisme di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi sosial politik pertama pada masa Indonesia masih dijajah oleh negara kolonial. Pada masa itu semangat menentang kolonialisme Belanda mulai bermunculan dikalangan suku atau pribumi. Sehingga cita-cita bersama untuk merebut kemerdekaan menjadi semangat membara dikalangan tokoh-tokoh pergerakan nasional. Untuk itu para tokoh pergerakan nasional mulai menerapkan ideologi nasionalisme yang sesuai dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Demi terwujudnya semboyan bangsa Indonesia yaitu NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Dari paparan-paparan di atas dapat disimpulkan bahwa fanatik terhadap suatu hal, baik itu fanatik terhadap agama atau fanatik terhadap suku daerahnya sendiri akan memicu munculnya konflik yang berkesinambungan. Konflik yang disebabkan karena hal tersebut akan menggugah keturunan atau sesama saudara yang satu daerah meajadi ikut campur dalam persoalan yang sebenarnya bukan persoalan umum. Sehingga muncul pembelaan-pembelaan yang akan memperburuk suasana dalam proses bersatunya negara Indonesia.


2.3 Penyebab Melemahnya Semangat Nasionalisme Dalam Keberagaman Masyarakat Indonesia
Dalam masyarakat yang sangat terkotak-kotak, identitas etnik memberikan garis yang tegas untuk menentukan siapa yang akan diikutsertakan dan siapa yang akan ditolaksertakan. Karena garis-garis penentuan tersebut tampak tidak dapat diubah, maka status sebagai anggota dan bukan anggota dengan serta-merta tampak bersifat permanen. Dalam politik etnik, keanggotaan dapat mempengaruhi pendistribusian barang. Material dan non-material yang penting, termasuk gengsi dari berbagai kelompok etnik dan identitas negara yang lebih merupakan milik satu daripada kelompok yang lainnnya. Lagi pula, di dalam masyarakat yang terkotak-kotak, terdapat kecenderungan untuk menyatukan penyertaan dalam pemerintah dengan penyertaan dalam masyarakat dan penolaksertaan dalam pemerintah dengan penolaksertaan dalam masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa pluralistis di Indonesia tampak dalam manifestasi kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak “satu”. Sebagai contoh budaya Indonesia dapat dengan mudah dipecah ke dalam budaya Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, atau pun Toraja.

2.4 Menumbuhkan Kesadaran Arti Pentingnya Semangat Nasionalisme Dalam Keberagaman Masyarakat Indonesia.
ahwa banyak sekali realitas kehidupan sekarang yang sebenarnya merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia diantaranya yaitu pertama, pengamalan pancasila ibaratnya menjadi pondasi untuk menyatukan keberagaman masyarakat di Indonesia. Kedua, kekuatan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa tidak bisa dianggap sebagai hal yang remeh. Ketiga, dalam hal olahraga warga negara Indonesia tak lagi mementingkan kepentingan kelompok daerahnya, tetapi yang ada hanyalah bersama memberikan semangat kepada tim kebanggaannya tanpa memperdulikan dari mana suporter lain berasal dan semua bercampur baur menjadi satu. Keempat, seni berperan penting untuk medorong persatuan di Indonesia. Kelima,sebenarnya keinginan untuk mendapatkan musibah bencana alam itu tidak ada, tetapi hikmah lain yang dapat dipetik dari bencana alam sendiri yaitu dapat menggugah rasa persatuan dari warga negara Indonesia. Keenam, jika prestasi Indonesia baik di tingkat internasional, pasti seluruh masyarakat akan bangga menyebut dirinya orang Indonesia dan sekaligus dapat menggugah kembali semangat nasionalisme untuk para penerus bangsa. Ketujuh, gangguan dari luar juga sebenarnya tidak diharapkan tetapi karena adanya gangguan dari luar masyarakat menjadi lebih menyatu sebab merasa sebagai warga negara Indonesia, mereka harus berusaha untuk terus bahu membahu menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Nasionalisme adalah cara yang tepat digunakan untuk menyatukan beberapa perbedaan. Karena nasionalisme lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan individu. Jika paham nasionalisme telah tertanam pada setiap individu warga Indonesia maka negara Indonesia akan menjadi negara yang damai tanpa ada konflik etnik dan juga tidak ada kefanatikan terhadap suatu agama. Selain menghambat adanya konflik rasa nasionalisme juga akan menambah rasa cinta individu warga Indonesia kepada tanah air tercinta.
2. Pluralistis dalam negara Indonesia adalah kondisi geografis dan sosial budaya nusantara lebih banyak mewarnai corak kehidupan bangsa indonesia artinya dalam suatu negara terdapat banyak suku, ras, agama, dan kebudayaan yang berbeda. oleh karena itu, dibutuhkan suatu paham yaitu paham pluralisme dimana paham tersebut memiliki prinsip bahwa keanekaragaman itu tidak menghalangi untuk bisa hidup berdampingan secara damai dalam satu masyarakat secara bersamaan. Selain itu jika paham pluralisme diterapkan maka setiap individu warga negara Indonesia dapat untuk bertoleransi dalam ras, agama, kebudayaan dan bangsa.
3. Penyebab melemahnya semangat nasionalisme bagi para penduduk negara Indonesia salah satunya adalah banyaknya perbedaan, baik itu perbedaan kebudayaan, agama, atau adat. Sehingga kesalahpahaman antara SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) harus dihadapi dengan hati-hati, karena konfliknya sangat rentan untuk menimbulkan konflik yang berkesinambungan.

REFERENSI



KEBUDAYAAN DAN MASALAH MAKNA HIDUP

BAB I
PENDAHULUAN

DEFINISI KEBUDAYAAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Dan juga dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

 UNSUR-UNSUR

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1.    Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1.    alat-alat teknologi
2.    sistem ekonomi
3.    keluarga
4.    kekuasaan politik
                Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
0.    sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
1.    organisasi ekonomi
2.    alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
3.    organisasi kekuatan (politik)


BAB II
PEMBAHASAN

Orientasi nilai –nilai Budaya
Terdapat banyak nilai kehidupan yang ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai kebudayaan pasti berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak kebudayaan di dunia ini memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika dilihat dari lima masalah dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.

     Lima Masalah Dasar Dalam Hidup yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia ( kerangka Kluckhohn ) :
·         Hakekat Hidup
1.     Hidup itu buruk
2.    Hidup itu baik
3.    Hidup bisa buruk dan baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikthtiar agar hidup bisa menjadi baik.
4.    Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.

·         Hakekat Karya
1.     Karya itu untuk menafkahi hidup
2.    Karya itu untuk kehormatan.

Kaitan Manusia dengan Kebudayaan
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur manusia agar sesuai dengannya.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai diaektis, maksudnya saling terikat satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu:
a. Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
b. Obyektivasi, proses dimana masyarakat menjadi realisasi obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
c. Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN
Jadi kebudayanan yang merupakan hasil ciptaan manusia yang hidup dalam masyarakat, ini mempunyai banyak unsure-unsur dalam kehidupnan dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari jamann ke jaman dan di tempat-tempat yang berbeda. Semua itu tentu dipengaruhi oleh perkembangan hidup manusia yang juga selalu berubah-ubah, karna manusia mempunyai hubungan kebudayaan dan juga makna hidup tersendiri. Manusia menciptakan kebudayaan, dan kebudayaan dan kebudayaan mengatur manusia agar hidup lebih damai dan tentram.

REFERENSI
 

Wulan Febriyanti Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea